Rabu, 25 Juni 2008

HOLLANDS INLANDSE SCHOOL

Alasan yang paling mendasar dari didirikannya HIS adalah keinginan yang kuat dari rakyat Indonesia sendiri untuk mendapatkan pendidikan ala Barat. Hal itu merupakan akibat dari perubahan kondisi sosial ekonomi di kawasan Timur Jauh yang telah diperkenalkan pada masa Politik Etis yang diberlakukan kepada Indonesia. Selain itu juga diorong oleh organisasi-organisasi yang telah berdiri di Indonesia pada waktu itu, seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam. Apalagi dengan didirikannya sekolah untuk orang-orang Cina di Indonesia yaitu Hollands Chinese School (HCS).
Pembukaan HIS juga didukung oleh perekonomian yang semakin meningkat dan perluasan wilayah pemerintah Belanda di luar Jawa. Hal itu tentu saja berdampak pada bertambahnya jumlah pegawai pemerintahan yang dibutuhkan, tentunya dengan syarat berpendidikan.
HIS pada awalnya adalah Sekolah Kelas Satu, dan resmi diganti menjadi HIS pada tahun 1914. Tanggapan dari pihak Belanda dengan didirikannya sekolah ini kurang begitu baik. Mereka menganggap bahwa pendirian sekolah ini hanya akan menimbulkan pengangguran dikalangan kaum intelektual yang tidak terserap oleh pemerintah dan perusahaan swasta, karena orientasi mereka adalah untuk menjadi pegawai pemerintahan atau paling tidak sebagai karyawan di perusahaa-perusahaan swasta. Apalagi kekhawatiran dari pihak Belanda akan munculnya orang pandai yang menyaingi orang Belanda.
Kurikulum yang dipakai HIS adalah sesuai yang tercantum dalam Statuta 1914 No. 764, yaitu meliputi semua pelajaran ELS (Europese Lagere School). Di HIS diajarkan membaca dan menulis bahasa daerah dalam aksara Latin dan Melayu dalam tulisan Arab dan Latin. Namun disini, yang lebih ditekankan adalah pelajaran bahasa Belanda yang sampai memakan waktu lebih dari enampuluh enam persen dari waktu belajar.

Didirikannya HIS merupakan salah satu titik penting dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Karena sekolah inilah yang membuka kesempatan bagi rakyat pribumi untuk melanjutkan pendidikan sampai pada tingkat yang setinggi-tingginya. Sekolah ini pun tidak hanya dikhususkan bagi golongan atas saja, namun juga terbuka bagi orang-orang golongan rendah.

Yang menarik dari sekolah ini yaitu kurikulum yang sangat berpusat pada Belanda atau Belanda sentris. Hal itu dapat dilihat dari pemakaian bahasa Belanda dalam sebagian besar pelajarannya. Bahkan sejarah negeri Belanda pun dipelajari disini secara mendalam, sehingga memunculkan kekawatiran akan berubahnya pola pikir para murid yang condong kepada pemerintah Belanda dan merasa asing dengan kebudayaannya sendiri. Namun demikian, ternyata setelah lulus dari HIS, tidak banyak murid yang lancar dalam penguasaan bahasa Belanda-nya. Bahkan apa yang dikawatirkan pun tidak terjadi, malah jiwa nasionalisme mereka semakin tinggi.

Dari berbagai sumber.

Selengkapnya......